Penghasilan TAMBAHAN? ----- Memiliki USAHA SENDIRI? ----- Bahagiakan KELUARGA? ----- RUMAH /MOBIL baru? ----- Wisata ke LUAR NEGERI? ----- PENSIUN dengan tenang? ----- Bebas UANG dan WAKTU? ----- PENDIDIKAN anak? ----- Pengembangan diri? ----- Membantu orang lain?
animasi  bergerak gif
animasi  bergerak gif
WUJUDKAN IMPIAN, CITA-CITA & CINTA ANDA !!!

Jumat, 02 Maret 2012

Jejak John Kei, Sang "Mafioso" Dari Pulau Kei Maluku

Pahit dan manis kehidupan tampaknya sudah dialami John Kei (42). Sejak usia belia, John memutuskan keluar dari tanah kelahirannya di Tutrean, Pulau Kei, Maluku, menuju ke Surabaya pada tahun 1986. Setahun kemudian, John datang ke Ibu Kota dan mulai memperkenalkan diri sebagai John Kei kendati nama aslinya adalah John Refra.

John yang sifatnya cuek ini tak malu harus hidup di kolong jembatan saat di Surabaya. Di saat itu, John mulai harus berjuang sendiri untuk hidup. Kehidupan keras anak jalanan ditempuhnya. Dengan watak yang juga keras, John pun mampu bertahan.

Pindah ke Jakarta, keahlian John dalam bergaul dan memberikan pengaruh juga akhirnya berdampak dengan lingkungan barunya di kawasan Berlan, Jakarta Pusat. John kemudian tumbuh sebagai seorang "yang dituakan". Ia pula dipercaya sebagai Ketua Angkatan Muda Kei sejak tahun 1998 dan belum pernah digantikan hingga kini.

Sisi hitam

Berawal dari perjuangan seorang diri, John Kei kini justru memiliki belasan ribu pengikut setianya. Ia juga disebut-sebut memiliki bisnis jasa pengamanan, jasa penagihan, jasa konsultan hukum, dan pemilik sasana tinju Putra Kei yang memberikan kemakmuran tersendiri bagi John dan keluarganya. Tetapi, kehidupan John tidak lepas dari catatan kriminalnya yang cukup panjang.

Bahkan, John Kei sempat disandingkan dengan mafia-mafia di Italia dan diberikan gelar "Godfather Jakarta" karena berbisnis layaknya mafia, tetapi jarang tersentuh aparat kepolisian. Dari rangkaian kasus yang dikaitkan dengan dirinya, John baru sekali divonis penjara.

Perseteruan pertama terjadi pada tanggal 2 Maret 2004. Saat itu, massa dari Basri Sangaji dan John Kei bentrok di Diskotek Stadium, Taman Sari, Jakarta Barat. Sebelum peristiwa itu terjadi, John juga sempat diserang oleh massa Basri di Diskotek Zona sehingga membuat tiga jari tangannya kaku dan tak bisa digerakkan hingga kini.

Pada tanggal 12 Oktober 2004, nama John Kei kembali dikaitkan dengan Basri Sangaji. Basri tewas ditembak di bagian dada saat berada di dalam kamar 301 Hotel Kebayoran Inn, Jakarta Selatan. Di dalam kasus ini, John Kei lolos dari jeratan hukum karena tidak terbukti terlibat.

Namun, pada tanggal 11 Agutus 2008, John bersama adiknya, Tito Refra, benar-benar harus hidup di balik bui. Keduanya divonis delapan bulan penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Surabaya karena menganiaya dua pemuda, yakni Charles Refra dan Remi Refra, di Maluku. Jari kedua pemuda itu putus akibat penganiayaan tersebut.

John dan Tito akhirnya ditangkap oleh Densus 88 di Desa Ohoijang, Kota Tual, Maluku Tenggara. Saat itu, rencana persidangan akan digelar di Maluku, tetapi karena ada ancaman dari para pendukung John akhirnya sidang digelar di PN Surabaya. Loyalis-loyalis John Kei juga kembali membuat ulah.

Pada 4 April 2010, massa Kei bentrok di klub Blowfish dengan massa Thalib Makarim dari Ende, Flores. Dua anak buah John tewas. Perseteruan antara massa dari Flores dengan loyalis John juga kembali terjadi saat persidangan kasus Blowfish digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 29 September 2010. Pada bentrok yang disertai dengan suara tembakan dan dikenal dengan peristiwa "Ampera Berdarah" itu, dua anggota kelompok John Kei tewas dan seorang sopir Kopaja juga turut menjadi korban. Saat itu, adiknya Tito mendapatkan luka tembak di dada dan nyaris masuk ke jantung. Namun, beruntung, Tito berhasil selamat.

Terakhir, John Kei kembali harus berurusan dengan aparat dalam kasus pembunuhan Tan Harry Tantono alias Ayung (45) di Swiss-Belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada tanggal 26 Januari 2012 lalu. Ayung tewas bersimbah darah dengan 32 luka tusukan di pinggang, leher, dan perut. John pun diduga menjadi dalang dalam pembunuhan Ayung yang merupakan klien pengguna jasa penagihannya.

Saat ini, kepolisian sedang membuka lagi kasus-kasus lama di mana John Kei lolos dari jerat hukum.

Sisi Putih

Adik kandung John Kei, Tito Kei, membantah bahwa kasus-kasus yang disebutkan tadi terkait semua dengan John Kei.

"Terkadang ada adik-adik kita yang buat onar dan bilangnya anak buah John Kei. Padahal, sama sekali tidak disuruh, karena kadang mereka kesal kakak saya diapain, terus mereka tidak terima dan bertindak sendiri," ungkap Tito, Selasa (21/2/2012), dalam perbincangan dengan Kompas.com di Rumah Sakit Polri Soekanto, Jakarta.

Ia mengatakan, meski secara fisik kakaknya terlihat seram dan galak, sebenarnya dia adalah sosok penyayang. "Coba saja yang kenal dekat dia. Pasti akan bilang dia orang paling baik karena dia sangat peduli dengan adik-adik atau orang-orang susah. Orangnya dermawan," tutur Tito.

Contoh kedermawanan John, imbuh Tito, ada dengan pembangunan sebuah gereja dan rumah pastor di kampung halaman mereka di Pulau Kei. John di sana menjadi penasihat pembangunan gereja, sedangkan Tito ketua pelaksananya.

"Kami mulai dari nol. Tukang dan bahan semua kami bawa dari Jawa. Rencananya April 2013 akan pemberkatan gereja," imbuhnya. Gereja itu dibangun selama empat tahun dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Dana pembangunan didapat dari pemerintah daerah sebesar Rp 100 juta. "Tapi gereja itu biayanya miliaran, akhirnya kakak saya yang bantu semua," paparnya.

Selain membangun gereja, John juga memutuskan untuk membantu 20 rumah warga di Pulau Kei yang masih beratapkan jerami. Dia juga sempat membantu Umar Kei, keponakan John Kei, dengan memberikan lampu-lampu taman di halaman masjid. "Kalau ada yang bilang John Kei dan Umar Kei itu berseteru, itu tidak benar. Perseteruan itu hal yang biasa, tapi kami bisa rujuk lagi," imbuhnya.

Dengan sifat John Kei yang peduli itu, Tito menjadikan sosok John sebagai idola di dalam keluarga. "Saya tidak mungkin ada di Jakarta ini kalau tanpa bantuan dia," katanya. Tito mengetahui bahwa banyak orang yang mencap kakaknya layaknya seorang gangster. "Itu terserah orang menilai kami bagaimana. Kami tidak bisa halangi," tandasnya.



Kamis, 01 Maret 2012

Ipsos Global: Orang Indonesia Paling Bahagia Di Dunia

Berbagai permasalahan, mulai dari krisis ekonomi, bencana alam dan perang, ternyata tidak membuat rakyat Indonesia kehilangan kebahagiaan mereka. Menurut studi terbaru oleh Ipsos Global, orang Indonesia adalah yang paling bahagia di dunia.

Hasil survei Ipsos Global yang diterbitkan awal Februari lalu, yang dikutip oleh majalah Time, Kamis 1 Maret 2012, menitikberatkan pada kategori "bahagia" dan "sangat bahagia." Melibatkan 18.687 responden dewasa dari 24 negara dunia, Indonesia masuk dalam posisi teratas dalam kategori negara yang sangat berbahagia.

Sebanyak 51 persen dari warga Indonesia menyatakan mereka sangat bahagia. Kendati menempati posisi teratas, tapi tingkat kebahagiaan Indonesia dibandingkan survey Ipsos Global sebelumnya menurun hingga tujuh poin. Penurunan kebahagiaan drastis juga dialami oleh Brazil yang turun 9 poin dan Rusia yang turun enam poin.

Negara sangat bahagia kedua setelah Indonesia adalah India dan Meksiko dengan 43 persen, disusul Brasil dan Turki dengan 30 persen, Australia dan Amerika Serikat dengan 28 persen. Di sisi lain, beberapa negara diketahui hanya sedikit warganya yang merasa sangat bahagia. Seperti Italia yang kebahagiaan warganya ada di level 13 persen, Spanyol 11 persen, Hunggaria enam persen, Korea Selatan tujuh persen dan Rusia delapan persen.

Ipsos memulai tracking happiness di 24 negara dari tahun 2007, dan di lakukan 2 kali dalam setahun. Maret 2010 survei di lakukan setiap bulan untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Apakah kita pada saat ini lebih bahagia dari masa sebelumnya?

Secara keseluruhan, dunia adalah tempat yang bahagia. Pada tahun 2007, 20 persen dari populasi global menyatakan bahwa mereka sangat bahagia, dan pada tahun 2011 naik menjadi 22 persen. Pada bulan Maret dan April 2010 mencapai poin tertinggi yaitu 26 persen.

Dalam mengukur kategori sangat bahagia, perbaikan terbesar ditemukan di Turki, dimana tingkat kebahagiaan warganya naik 16 poin sejak 2007. Kemudian diikuti Meksiko dengan kenaikan sampai 10 poin, Australia naik 7 poin, Jepang naik 6 poin, India dan Kanada masing-masing naik 5 poin. (umi)• VIVAnews


Rabu, 29 Februari 2012

Dhana Widyatmika Sang "Lelaki di Pintu Sorga" (2007) vs. Dhana WIdyatmika Sang "Tersangka" (2012)


Dhana Widyatmika, mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak tersangka kasus rekening gendut, masih menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Kamis 1 Maret 2012. Terlepas dari kasus hukumnya, sejak awal pekan ini, satu tulisan yang mengungkap sisi lain Dhana Widyatmika beredar di dunia maya.

Tulisan itu merupakan salinan dari Majalah Tarbawi Edisi 164 Th.8/Ramadhan 1428 H/21 September 2007 M.

Judul tulisan yang beredar di facebook dan twitter tertulis "Dhana Widyatmika, Lelaki di Pintu Surga." Widowati, reporter Tarbawi yang saat itu mewawancarai Dhana membenarkan bahwa tulisan itu merupakan hasil wawancara dirinya dengan pria bernama Dhana Widyatmika. Tapi, judul tulisan yang beredar di dunia maya itu salah. Judul aslinya "Meski Dalam Kondisi Sakit, Berkah dari Ridho Ibu Tidak Berubah."

Tulisan itu mengungkap sisi lain Dhana. Ibunda Dhana, saat itu divonis gagal ginjal. Sehingga harus rutin cuci darah 2-3 kali seminggu di Rumah Sakit Angkatan Udara di Jakarta Timur. Dhana, sulung dari dua bersaudara itu menjadi kepala keluarga karena sang ayah meninggal tahun 2005. Di bagian paragraf lain tertulis, Dhana biasa memegang kotoran ibunya. Tidak peduli bau menyengat dan tanpa rasa jijik. "Dhana waktu itu memang bilang itu biasa, tidak jijik," kata Widowati.

Widowati mengakui wawancara dengan pria bernama Dhana Widyatmika itu dilakukan sebelum Majalah Tarbawi edisi khusus Ramadhan itu terbit. Tetapi, Widowati yang saat ini menjabat Redaktur di Tarbawi, sangat berat memastikan bahwa pria yang saat itu diwawancarainya adalah orang yang sama yang saat ini tersandung kasus rekening gendut pegawai pajak.

Yang pasti, 5 tahun lalu, Widowati mewawancarai Dhana di sebuah tempat di Jakarta. Dalam bio data, Dhana yang diwawancarai Widowati saat itu beralamat di Jalan Elang Indoputra A7/15 Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Persis seperti alamat Dhana yang menjadi tersangka Kejaksaan Agung.

"Itu rumah orangtuanya. Dia tinggal di situ bukan karena tidak mampu, karena ingin merawat ibunya," kata Widowati dalam perbincangan dengan VIVAnews. Widowati juga membenarkan bahwa ayah Dhana memang pensiunan militer.

Tidak hanya itu, Widowati juga mengakui bahwa pria bernama Dhana yang diwawancarainya saat itu memiliki satu buah showroom mobil. Tetapi, dia tidak memiliki minimarket. Penelusuran VIVAnews pada Minggu 26 Februari lalu, minimarket yang terletak tak jauh dari kediaman itu baru dimiliki pada 2006. Tapi dalam wawancara saat itu Widowati tidak terlalu memperdalam bisnis-bisnis Dhana.

Foto yang dimuat Tarbawi saat itu bergambar tiga orang. Adik Dhana di sebelah kiri memakai baju militer, ibunda berdiri di tengah dan Dhana Widyatmika memakai batik.

Kini foto lain Dhana berukuran pas foto di paspor juga beredar di publik. Apakah itu orang yang sama saat diwawancarai Widowati lima tahun lalu? "Fotonya sama, tapi saya tidak mau memastikan itu adalah pria yang sama," kata Widowati.

Widowati begitu berat memastikan bahwa orang yang diwawancarainya saat itu adalah Dhana yang sama. Dhana yang begitu sayang, perhatian, dan berbakti kepada ibundanya. "Seandainya itu orang yang sama, saya sedih. Yang ada di kepala saya beliau itu orang baik. Saya sungguh prihatin dan berharap ada jalan keluar untuk semua pihak yang terbaik," kata Widowati.


Sabtu, 25 Februari 2012

Perlu PETRUS?

  • Tidak Perlu Ada Lagi 'Petrus' untuk Berantas Preman

    Nograhany Widhi K - detikNews
    GbJakarta - Masih ingat dengan pemberantasan ala 'Petrus' di era Orde Baru? Banyak pihak menilai cara itu ampuh memberantas premanisme. Menurut Kabareskrim Polri Komjen Pol Sutarman, tidak perlu ada 'Petrus' seperti era 80-an kepada para preman. Polri hanya akan menggunakan senjata pada pihak yang nyata-nyata membahayakan jiwa orang lain. Bila Anda setuju dengan pendapat Kabareskrim Komjen Pol Sutarman, pilih Pro! ( nwk / nrl )

    Voters

    Pro (83)
    25%
    Kontra (262)
    75%
    Selengkapnya
  • PROsuli
    setujuuuuuu banget d hidupin petrus
  • PROhery
    setuju,mereka itu hanya membuat masyarakat yang baik takut.kalau ngak di dooorrr.....ya ngak takut tu preman. sekarang para preman sudah keterlaluan,sok jagoan...... dimana nih pak polisi???
  • PROBudi A
    Premanisme yg sudah tumbuh subur di negeri yg amburadul ini hanya bisa diberantas dengan tindakan yg tegas dari aparat penegak hukum. Saya yakin sekali aparat memiliki data-data dedengkot2 preman biang-biang rusuh di negeri ini. Gak usah ragu, apa bedanya preman2 yg keji itu dengan * ...?
  • PROpaidin
    Setuju aja, agar sebagai shock terapi. Keberadaan mereka kerap dijadikan alat pemaksa kehendak. Atau bila tidak ada job mereka bikin onar di masyarakat. Lihat tuh Pilkada dan lain-lain, sering melibatkan para preman untuk memaksa kehendak. Dan mereka itu sok banget. Sok kuasa sebagai kaum terpinggirkan. Padahal jika mereka diberi jabatan malah lebih korup lagi. Stop premanisme dengan cara apapun. Contoh : ada anak yg juara lomba Sains dibunuh oleh preman, hanya karena ingin BBnya. Yg lain,
  • PROfinoza
    lebih baik tembak di tempat untuk pelaku rusuh dan provokatif yang terang - terang ada di depan petugas berwenang, mungkin polri juga perlu berpatroli agar premanisme pun mati kutu,
  • PROsigitgoethe@gmail.com
    sangat setuju sekali dengan kembalinya \' petrus \' karena para preman di jaman sekarang ini sudah sangt meresahkan sekali.
  • PROalfa
    yaa sekarang bisa di lihat di tempat umum terbuka mereka terang\'an berani memberi kita ancaman.di tegur secara lisan pun mereka tidak peduli,mungkin dengan cara seperti di \'petrus\' membuat mereka patuh secara paksa yg efektif seperti jaman orde baru.karena setelah berlakunya jaman reformasi malah hukum di negara ini di anggap hanya buku bacaan saja.
  • PRObuyung
    Tidak perlu selama tindakan POLRI tegas,tidak pandang bulu karena suasana saat ini tidak sama dengan 30thn lalu. Kalau diterapkan malah bisa terjadi perang terbuka spt di kolumbia. Saat ini pamor/kewibawaan TNI/POLRI sedang melorot.
  • PROVendeta
    Negara kita adalah negara hukum, jadi setiap warga negara di jamin dalam undang-untuk mendapatkan perlindungan hukum baik itu orang baik atau orang jahat, semua di proses secara hukum, tidak ada seorangpun yang berkuasa terhadap nyawa orang lain apalagi menghilangkan nyawa orang lain tanpa di dasari oleh hukum dan perundangan. Sebaiknya kita jangan jadi keledai dengan berkaca ke masa lalu, sia-sia lah pengorbanan saudara2 kita selama ini untuk memperjuangkan demokrasi dan hukum sementara kita
  • PROBro Iqsan
    Setuju Banget Supaya Daerah2 Di Indoneisa Bebas DAri Premanisme. Lagi Pula Dengan Adanya Meraka Tidak Ada Gunanya Sama Sekalie Buat Warga Indonesia, Malah Menjadi Ancaman. Kalau BS Jangan Dari Kepolisian Juga Yg Berantas Premanisme, Masyarakat Juga Bs Brantan Premanisme...

Senin, 20 Februari 2012

Jagal Mujianto dan Kisah Cinta Dengan Majikannya, Benarkah?

Terlahir sebagai laki-laki normal, Mujianto, si pembunuh berantai, mengalami disorientasi seksual sejak mengenal Joko Suprianto. Mujianto mengaku disetubuhi majikannya sehari setelah bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Kepada dokter kejiwaan dari Kepolisian Daerah Jawa Timur dr Rony Subagia SpKj yang memeriksanya, Mujianto menceritakan ihwal kelainan seksualnya itu. Pria kelahiran 24 Januari 1988 ini mengaku tak memiliki sifat homoseksual sejak kecil. “Dia laki-laki normal,” kata Rony kepada Tempo, Senin, 20 Februari 2012.

Kehidupan normal itu dialami Mujianto setidaknya hingga berumur 22 tahun. Setelah gagal melanjutkan pendidikan formal ke sekolah menengah pertama, Mujianto memutuskan menjadi petani dan membantu ayah angkatnya, Parni, yang berprofesi sebagai buruh tani. Namun, ketika berusia 20 tahun, Mujianto memutuskan merantau ke Jakarta sebagai pedagang bakso.

Kerasnya kehidupan Ibu Kota membuat Mujianto patah arang dan pulang kembali ke desanya setelah dua tahun merantau. Selama proses pencarian kerja inilah Mujianto mengenal salah seorang pemain musik elektone di Kediri. Mujianto sangat tertarik menjadi bagian grup musik itu. “Dia ternyata hobi menyanyi,” kata Rony.

Gayung bersambut ketika koleganya itu membawa Mujianto kepada Joko Suprianto, 49 tahun, seorang guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Nganjuk yang juga pemilik grup musik elektone di Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Nganjuk.

Setelah menyampaikan keinginan untuk menjadi penyanyi, Joko kemudian menampung Mujianto di rumahnya. Keinginan yang besar untuk menjadi penyanyi membuat Mujianto rela dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga di rumah itu.

Menurut dr Rony, perkenalan itulah yang mengubah kehidupan Mujianto secara drastis. Di malam pertama Mujianto menginap di rumah itu, Joko sudah mengajaknya berhubungan intim. Pada awalnya Mujianto sempat menolak ajakan itu. Namun, dengan segala rayuan yang dilakukan Joko, hubungan itu akhirnya terjadi.

Mujianto pada akhirnya juga merasa nyaman karena semua kebutuhan materinya dipenuhi. Sejak itulah Mujianto memposisikan Joko sebagai kekasihnya dan memosisikan dirinya sebagai pasangan laki-laki.

Perjuangan Mujianto untuk menjadi penyanyi akhirnya terwujud. Dia bahkan pernah menggelar pertunjukan musik di kampungnya, di Kediri, yang diiringi Joko sebagai pemain keyboard. “Mujianto menyanyi, suaranya enak,” kata Mujito, Kepala Dusun Pule, Desa Jati, Kediri, yang juga kerabat Mujianto.

Namun, ihwal kisah asmara antara sesama jenis itu disanggah Joko Suprianto. Dia berkukuh hanya mempekerjakan Mujianto sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji Rp 200 ribu per bulan. “Dia saya tampung karena kasihan saja,” katanya beberapa waktu lalu.

HARI TRI WASONO


Kamis, 16 Februari 2012

Maestro Jazz Bubi Chen Meninggal Dunia, Kamis, 16 Februari 2012 (74 tahun)

Dunia musik Indonesia kembali berduka. Maestro jazz Bubi Chen meninggal dunia pada Kamis, 16 Februari 2012. Dia wafat di usia 74 tahun.

"Saya mendapat kabar Bubi Chen meninggal," kata pengamat musik Bens Leo kepadaVIVAnews. "Tapi saya tidak tahu di mana dia meninggal," kata Bens.

Bubi Chen kelahiran Surabaya, Jawa Timur, pada 9 Februari 1938. Di dunia musik jazz, namanya sudah terkenal hingga ke manca negara.

Bubi mengawali karirnya dari kota buaya itu dengan membentuk grup bernama The Circle. Selain itu, dia juga tergabung dalam kelompok All Stars. Pada 1967 dia dan All Stars tampil di Berlin Jazz Festival.

Pada tahun 1959, Bubi bersama Jack Lesmana, membuat rekaman bertitel Bubi Chen with Strings di Lokananta. Pada 1960 rekaman itu pernah disiarkan oleh Voice of Amerika dan dikupas oleh seorang kritikus jazz ternama dari AS, Willis Conover. Dia menyebut Bubi sebagai The Best Pianist of Asia.



Jumat, 10 Februari 2012

Bus Karunia Bhakti Hilang Kendali Menabrak Kendaraan Roda Empat dan Roda Dua Sebelum Masuk Tebing 10 Meter Dekat Pasar Cisarua

Dari pendataan awal, sebanyak 13 orang dinyatakan meninggal dunia dan 40 orang mengalami luka serius akibat kecelakaan di kawasan Jalan Raya Puncak Bogor, Jawa Barat, Jumat 10 Februari 2012. Penanganan seluruh korban terus dilakukan, meski petugas medis yang ada tidak mencukupi untuk menangani korban.

"Jumlah korban masih terus bertambah. Pendataan untuk memperoleh akurasi data korban kecelakaan masih terus dilakukan," kata Kepala Unit Patroli Polsek Cisarua, Inspektur Satu Nur Ahmadi.

Seluruh korban meninggal maupun luka-luka ditangani di rumah sakit RS Paru Sanatorium Cisarua, Bogor, Jawa Barat (sebelumnya disebut RSUD Cisarua). Nur Ahmadi menambahkan, bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai korban, bisa menghubungi rumah sakit di nomor telepon 0251 - 8253630.

Akibat kecelakaan ini, kawasan Puncak Bogor macet total. Pemberlakuan arus lalu lintas satu arah terpaksa dilakukan. Evakuasi bus yang masuk tebing sedang diupayakan petugas.

Peristiwa kecelakaan ini terjadi sekitar pukul 18.15 WIB. Bus Karunia Bhakti hilang kendali sempat menabrak kendaraan roda empat dan roda dua sebelum masuk tebing setinggi 10 meter tidak jauh dari Pasar Cisarua. (art)






Atalarik Syah dan Tsania Marwah Akhirnya Resmi Menikah

Atalarik Syah dan Tsania Marwah akhirnya resmi menikah di Rumah Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (10/2/2012). Usai melangsungkan ijab kabul, keduanya pun memberikan langsung memberikan keterangan pers.


Sindroma Manusia Serigala

Savita, 23, Monisha, 18, dan Savitri, 16, selalu mimpi bertemu pangeran yang mengajaknya menikah. Namun, tiga bersaudara asal Sangli, India, ini merasa harus membunuh mimpi setiap melihat penampilan mereka di cermin.

Rambut halus merayapi hampir seluruh permukaan tubuh dan wajah mereka. Dunia medis menyebutnya gangguan genetika langka yang dikenal sebagai sindroma manusia serigala.

"Pernikahan tidak menjadi pilihan bagi kami, itu tidak mungkin terjadi," kata Savita seperti dikutip Daily Mail. "Siapa yang akan mau menikah dengan kami jika rambut terus tumbuh di wajah kami?"

Mereka sudah mencoba berbagai ramuan perontok bulu. Seketika, rambut-rambut liar itu lenyap. Namun, sia-sia. Rambut segera tumbuh kembali dengan cepat menutupi lapisan kulit.

"Setiap saya pergi ke sekolah, teman-teman selalu meneriaki saya 'wajah berbulu, mengerikan, jangan duduk di sampingnya'," kata Savita yang dipecat dari tempat kerja gara-gara kondisinya.

Menurut ibunya, Anita Sambhaji Raut, mereka mewarisi kelainan genetika dari sang ayah. "Saya masih 12 tahun saat dijodohkan dan menikah, saya baru tahu kalau wajah dan tubuh suami saya penuh bulu saat pernikahan," ujarnya.

Anita mengatakan, hanya tiga dari enam anaknya yang mewarisi kondisi langka itu. "Saat bayi wajahnya sudah dipenuhi rambut, dan setiap saya membawanya keluar, orang-orang meneriaki kami binatang, penyihir," kata Anita.

Anita berharap mimpi anak-anaknya menikah bisa terwujud. "Jika ada yang melamar tentu mereka akan menikah, tapi jika tidak mereka harus bekerja untuk bertahan hidup. Aku harus terus berusaha mencarikan pendamping untuk mereka," ujarnya.

Seorang pembuat film dokumenter berencana mengangkat kisah tiga gadis ini. Ia ingin membantu mengumpulkan dana operasi laser untuk menyingkirkan bulu-bulu liar dari tubuh mereka.

Baca juga kisah serupa: Sakit Langka, Wajah Gadis Ini Bak Serigala 



Jumat, 03 Februari 2012

Kematian Estoria Tragis: Akibat Anak Ketiga Pasangan Perempuan Lagi

Sungguh malang nasib Estoria. Perempuan Afganistan yang baru menginjak usia 22 tahun itu harus meregang nyawa karena melahirkan anak ketiganya. Ia bukan meninggal dalam proses melahirkan, melainkan ia dibunuh oleh ibu mertuanya, Wali Hazrata, dan suaminya sendiri, Sher Mohammad. Untunglah, bayi merah yang kini baru berusia dua bulan itu selamat dari pembunuhan.

Kematian Estoria yang tragis ini hanya akibat satu alasan: anak ketiga pasangan ini adalah perempuan… lagi. »Sang suami kecewa karena sangat menginginkan anak lelaki,” kata Kepala Kepolisian Distrik Khanabad, Sufi Habibullah, Senin lalu. Meski berhasil menangkap sang mertua, suami Estoria berhasil kabur dari Provinsi Kunduz, tempat tinggal mereka.

Sebelum meninggal, Estoria pernah mengeluh kepada keluarganya. Sang suami beberapa kali mengancam akan membunuhnya jika kembali melahirkan anak perempuan. »Estoria tinggal di dalam neraka, bukan rumah,” ucap salah seorang tetangga yang tak mau namanya disebut.

Direktur Urusan Perempuan Provinsi Kunduz, Nadira Gya, mengutuk insiden tersebut. »Ini adalah kejahatan keji terhadap perempuan tak berdosa,” ia menegaskan. Kepada Gya, ibu mertua Estoria bersumpah bahwa menantunya itu bunuh diri. Namun polisi membantah keterangan Hazrata. »Tidak ada tali bekas gantungan dan tidak ada bukti di tubuh jenazah yang mendukung pernyataan tersangka,” kata Habibullah.

Nyawa perempuan di Afganistan seakan tiada harganya. Dalam beberapa bulan terakhir, kekejaman demi kekejaman terhadap perempuan di negeri itu semakin mengemuka. Kasus terakhir adalah ditemukannya seorang anak 15 tahun yang disekap dan disiksa oleh iparnya karena menolak menjadi pelacur.

Akibat kritikan dunia internasional, pemerintah Afganistan pun mengeluarkan pernyataan sikap untuk mendukung dan melindungi hak perempuan. »Hak perempuan adalah inti dari keamanan nasional negara dan keamanan rakyat di mana pun berada.”

AP | BBC | SITA PLANASARI A.

Kamis, 26 Januari 2012

Foto Jadul Addie MS dan Christine Panjaitan: Bikin Marah Kevin Aprilio


Kevin Aprilio marah karena ulah Marissa Haque menyebarkan foto ayahnya Addie MS dengan penyanyi era 80-an Christin Panjaitan. Foto seperti apakah yang membuat vokalis Vierra ini geram? Foto yang diambil 1983 ini menunjukkan Addie MS dan Christin Panjaitan duduk bersama. Kekasihku Dulu Sekali, @addiems & Christine Panjaitan, di UI, 1983 judul foto yang tersebar di twitter ini.

Melihat fotonya beredar, Addie MS hanya berkomentar demikian, O, trnyta ini fotonya. Kasian CP. RT @panjaitanchris

Kevin memang risih dengan peredaran foto yang diduga dilakukan oleh Marissa Haque, Vokalis Vierra ini bertanya, mengapa perseteruannya dengan Dee Joemadi justru berimbas kepada kekeluarganya. Bahkan foto yang disebarkan Marisa itu menyebut bahwa Cristine Panjaitan adalah mantan kekasih Addie MS.

Marissa Haque dan Addie MS memang sedang perang di twitter. Perseteruan ini dipicu oleh tudingan penyanyi baru Dee Djumadi yang menyebutkan istri Ikang Fawzi ini tak lulus ujian doktoralnya karena desertasinya dibuatkan oleh orang lain.2

Yahoo!

Senin, 23 Januari 2012

"Gila nih shabu2, gw ngefelay ampe sekarang. Berasa habis nabrak," BBM Afriyani Susanti

Gambar yang disebut-sebut merupakan status BlackBerry Messenger (BBM) terakhir tersangka penabrak maut yang menewaskan 9 orang, Afriyani Susanti, beredar di dunia maya. Jika memang sahih, gambar itu makin menguatkan sinyalemen polisi bahwa ia diduga mengemudikan Daihatsu Xenia B 2479 WI dalam kondisi mabuk.

"Gila nih shabu2, gw ngefelay ampe sekarang. Berasa habis nabrak," demikian isi status BBM atas nama Afriyani Susanti, dengan PIN 214F7B7F.

Sebelumnya, juga beredar foto yang memperlihatkan perempuan berusia 29 tahun itu sedang berpesta dengan teman-temannya di sebuah kafe, mengelilingi botol minuman keras yang bertebaran di atas meja. Pakaian yang dikenakannya sama dengan yang dipakainya saat tampak muncul dari mobil sesaat setelah ia menabrak belasan orang pejalan kaki.

Sebelumnya, Kepala Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, Nugroho Aji mengatakan, pada Sabtu malam sebelum kejadian tragis itu, Afriyani dan teman-temannya pergi ke tiga lokasi berbeda. "Pukul 20.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB di Hotel Borobudur, ada pesta ultah," kata dia di Polda Metro Jaya, Senin, 23 Januari 2012.

Setelah itu, mereka pindah tempat. "Ke kafe di Kemang hingga pukul 02.00 WIB pagi. Di sana mereka minum whisky dan bir," kata Nugroho.

Belum juga puas, mereka lalu beranjak ke diskotek Stadium di Jalan Hayam Wuruk. "Mereka beli patungan dua pil ekstasi buat berempat, jadi konsumsinya cuma setengah-setengah sampai pukul 10.00 WIB pagi," tambah dia.

Setelah itu, sekitar pukul 10.00 WIB mereka berniat kembali ke Kemang, ada yang ditinggal di sana, namun keburu terjadi kecelakaan. "Dia menyetir off control karena pengaruh miras, jadi mabuknya karena itu."

Kini perempuan itu harus meringkuk dalam sel. Sederet tuduhan ia hadapi: berkendara tanpa membawa STNK, tak memiliki SIM, merusak fasilitas umum, dan menghilangkan nyawa manusia. Sembilan orang telah meninggal dunia, 13 lainnya terluka, satu orang di antaranya dalam kondisi kritis di RSPAD Gatot Soebroto.

Ia terancam hukuman penjara maksimal enam tahun dan denda Rp12 juta. Peristiwa kecelakaan maut tersebut melanggar Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 283, Pasal 287 ayat 5, Pasal 288 ayat 1 dan 2, Pasal 310 ayat 1, 2, 3 dan 4. (art)

Minggu, 22 Januari 2012

Kronologis Kecelakaan Maut di Tugu Tani Jakarta

Seorang saksi mata yang selamat dari peristiwa tabrakan maut di Jalan MI Ridwan Rais, Tugu Tani, Gambir, Jakarta Pusat, pada Minggu, 22 Januari 2012, menuturkan mobil Daihatsu Xenia melaju dengan sangat kencang pada saat kejadian.

Mobil berkecepatan tinggi itu akhirnya oleng dan menabrak sekelompok orang pejalan kaki hingga menewaskan 8 orang.

"Mobil itu bukan ngebut lagi tapi sangat kencang dan sempat oleng zig-zag begitu," kata seorang saksi mata, Suwarto, 54 tahun, saat ditemui di unit kecelakaan Polda Metro Jaya.

Suwarto menjelaskan mobil itu datang dari arah Gambir menuju ke Tugu Tani. Ketika mendekati Tugu Tani, mobil berkecepatan tinggi itu mendadak kehilangan kendali. Saat itulah mobil mulai menabrak para pejalan kaki yang berada di trotoar.

"Pertama, mobil itu menyambar tiga orang, lalu sekelompok lagi, terus sekelompok orang lagi. Sampai akhirnya menabrak lagi halte yang ada anak, ibu-ibu, dan remaja. Semuanya habis pulang dari Monas," tuturnya.

Suwarto mengatakan para pejalan kaki yang ditabrak mobil tersebut saat itu tengah berjalan di trotoar. Tidak sedang menyeberang.

Setelah menabrak halte, lanjut dia, mobil ternyata tidak berhenti juga. Mobil itu lalu meringsek masuk ke halaman Kementerian Perdagangan. "Saat masuk ke kantor kementerian, mobil itu membuat dua orang lagi terpental, baru setelah itu berhenti," ujarnya.

"Ada seorang anak kecil yang terseret di bawah badan mobil. Setelah kejadian, saya gemetaran. Ini semua pertolongan yang Maha Kuasa, saya berhasil menghindar. Ini kejadian paling mengerikan," imbuh Suwarto.

Ditambahkannya, usai kecelakaan itu, sebagian besar korban tak bergerak.

"Semua tewas di tempat. Yang saya tahu ada enam yang tewas di tempat, ada lagi yang sempat dibawa ke rumah sakit. Saya pegangi anak kecil itu sudah tidak bergerak," ungkap Suwarto yang tampak masih syok akan kejadian itu.




Video YOUTBE Pasca Tabrakan Maut di Tugu Tani Jakarta 22 Januari 2012 (KHUSUS DEWASA!)




VIVAnews

Kecelakaan Maut Mobil Xenia di Kawasan Tugu Tani Berjumlah 13 Orang

Polda Metro Jaya melaporkan korban kecelakaan maut mobil Xenia di kawasan tugu tani berjumlah 13 orang. Korban tewas berjumlah delapan orang dan luka-luka sebanyak lima orang. Sopir mobil mengakui tidak konsentrasi saat menyetir.

"Untuk sementara korban meninggal dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan korban luka dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Dwi Sigit Nurmantyas, kepadaVIVAnews.com melalui sambungan telepon di Jakarta, Minggu 22 Januari 2012.




Berikut adalah nama-nama korban meninggal dalam tabrakan maut di kawasan Monas tersebut:

1. Moch Hudzaifal alias Ujay, 16 tahun.
2. Firmansyah, 21 tahun.
3. Suyatmi, 51 tahun.
4. Yusuf Sigit, 16 tahun.
5. Ari, 2,5 tahun.
6. Nanik Riyanti, 25 tahun.
7. Fifit Alfia Fitriasih, 18 tahun.
8. Laki-laki belum diketahui namanya dengan umur kurang lebih 17 tahun.

Sedangkan korban luka-luka adalah:

1. Siti Mukaromah, 30 tahun.
2. Moh Akbar, 22 tahun.
3. Keny, 8 tahun.
4. Indra, 11 tahun.
5. Teguh Hadi Purnomo, 30 tahun.

Dwi Sigit mengatakan, hasil keterangan sementara dari pengendara, saat mengendarai mobil dirinya kurang berkonsentrasi. "Jadi bukan mabuk," kata dia.

Sebagai informasi, polisi telah membawa pengemudi mobil Daihatsu Xenia bernomor polisi B 2479 XI, Afriyani Susanti (sebelumnya ditulis Afriani Susanti) ke Markas Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Di markas di bilangan Jakarta Selatan itu, Afriyani akan dites urine dan darah.

Informasi yang diperoleh dari Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Jakarta Pusat Ajun Komisaris Antoni Wijaya, Afriyani yang berusia 29 tahun merupakan warga Jalan Ranggang Terus No 142 Sungai Bambu, Jakarta Utara. Afriyani baru saja bertolak dari Hotel Borobudur menuju arah Tugu Tani.


Jumat, 20 Januari 2012

Aksi 'Indiana Jones' di Atas Sungai Ciberang, Tanjung, Lebak, Banten

Media Inggris, Daily Mail, menuliskan sebuah artikel yang menggambarkan betapa beratnya perjalanan para pelajar Indonesia menuju ke sekolah. Harian ini bahkan menyamakan aksi mereka dengan adegan berbahaya di film Indiana Jones.

Pada foto-foto yang diambil oleh Reuters, terlihat beberapa orang pelajar SMP dan SD di kampung Tanjung, Lebak, Banten, meniti sebuah jembatan rusak yang hanya dihubungkan dengan satu tali terbentang di atas Sungai Ciberang.

Merayap perlahan-lahan, mereka berusaha untuk tidak tergelincir masuk ke dalam sungai Ciberang yang berarus deras dan dalam. Sungai ini kerap digunakan para wisatawan untuk olah raga arung jeram.

Pegangan mereka hanyalah tali dan kayu-kayu sisa-sisa jembatan. Daily Mail menuliskan, anak terkecil yang pernah menyeberang berusia lima tahun. Penyeberangan menjadi semakin berbahaya jika sungai Ciberang diterpa banjir. Titian tali bisa terendam air dan putus terbawa arus.

"Aksi mereka seperti aksi di salah satu adegan di film Indiana Jones and The Temple of Doom," tulis Daily Mail.

Para pelajar mengaku lebih memilih menghadapi bahaya meniti tali ketimbang harus berjalan setengah jam lamanya ke jembatan yang lebih bagus. Jika mereka mencari aman, maka harus bangun pagi-pagi buta dan pulang ketika hari sudah gelap.

Kumpulan foto di bawah ini diambil juru foto Reuters pada Kamis, 19 Januari 2012.



Foto: REUTERS/Beawiharta• VIVAnews